Senin, 22 Februari 2010

ATM bobol..!!!

Di Indonesia sendiri pembobolan ATM sudah pernah terjadi dan diberitakan di Jakarta sekitar 1 – 2 tahun lalu menggunakan cara tradisional, yang tidak secanggih luar negeri. Dari ada yang memakai clip untuk menahan kartu ATM bisa masuk tapi tidak bisa keluar, sampai angkut langsung ATM-nya.Kejadian ini kembali heboh sejak hari Selasa lalu dimana sejumlah rekening bank di Bali & Jakarta dijebol, banyak orang menjadi takut bahwa akan mengalami hal yang sama. Banyak yang menyarankan untuk mengecek saldo di ATM dan mengganti pin, tapi justru orang yang melakukan hal ini bisa jadi korban baru, selama ATM-nya tidak aman.

Nah Anda harus mengenali bagaimana ATM yang aman, supaya tidak menjadi korban baru. Cara kenali ATM yang aman salah satu adalahnya mengenali juga cara kerja penjahat ATM. Penjahat ATM untuk menjebol rekening Bank menggunakan alat yang bernama skimmer,


Alat skimmer ini bisa membaca dan memindahkan semua informasi dari kartu yang dimasukkan ke dalam ATM. Cara memindahkannya dibutuhkan alat yang namanya card cloning dan kartu blank (kosong). Dari pantauan kami, tipe baru alat card cloning bisa dipasang ke komputer lewat USB. Cara kerjanya hampir sama seperti kita copy CD / DVD di komputer.

Cara Penjahat ATM Mengetahui Nomor PIN

Ok sekarang informasi card Anda telah berhasil dicuri, tapi tidak nomor PIN Anda. PIN ATM itu tidak disimpan di dalam kartu karena alasan keamanan, kecuali kartu yang sudah ada chip-nya bisa disimpan dengan metode kompresi (bisa sampai 128 bit), tapi jarang ada bank yang melakukannya.

PIN ATM Anda tersimpan di server pusat data bank, jadi card hanya sebagai alat pengenal saja yang memuat informasi rekening dan id dari kartu saja. Jadi bagaimana penjahat ATM bisa mengetahui nomor PIN Anda?Nah caranya adalah mereka memasang kamera CCTV kecil di dekat ATM. Fungsinya adalah melihat ketika calon korban memasukkan nomor PIN. Bentuk kamera juga bisa banyak jenis dan cara pasangnya juga disesuaikan dengan letak ATM. Saya melihat salah satu berita TV mengajarkan pemasangan kamera cara kuno, padahal yang baru jauh lebh canggih.


Lalu, mengapa sampai bisa bobol? Menurut saya pribadi, ada banyak sebab:

1. Selama ini bank banyak merahasiakan dan tidak mau terbuka bisa ada kasus seperti ini. Bank cenderung dengan mudah menyalahkan nasabah. Saat melapor ke customer service, ataupun ke call center, nasabah pasti akan dituduh lalai terlebih dahulu, sebelum dilakukan pengecekan di back end bank. Pengecekan ini sendiri kemudian dilakukan secara sepihak oleh bank, sehingga nasabah hanya bisa pasrah terhadap keputusan akhir bank. Tidak ada prinsip keseimbangan dan keterbukaan. Ketertutupan ini juga menciptakan gunung es ketidaktahuan nasabah atas potensi masalah. Nasabah tidak tahu bahwa ada potensi penjebolan rekening dengan cara tertentu. Daripada kasus yang terjadi diproses polisi, terekspos media, bank biasanya memilih jalan non legal. Syukur2 kalau bisa melimpahkan kesalahan ke nasabah sehingga tidak perlu mengganti. Kalau tidak, ya pokoknya jangan terekspos luas di media. Katanya sih untuk mencegah jatuhnya kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan.

2. Berbelitnya birokrasi pembukaan data bank. Menurut aturan (UU Perbankan), permintaan pembukaan data bank untuk kasus yang berhubungan dengan perbankan, harus dilakukan oleh Mabes POLRI meminta ijin dari Bank Indonesia. Jadi misalnya kita lapor di Polsek setempat, ini akan diekskalasi ke Polres, Polda, Mabes Polri, Bank Indonesia. Ini membuat kasus yang biasa-biasa saja, tidak diblowup oleh media, membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk seorang polisi penyidik bisa mendapatkan data yang cukup dari pihak bank untuk melakukan penyelidikan. Banyak penyidik yang kemudian “mules” duluan untuk menghadapi panjangnya birokrasi ini, sehingga untuk kasus-kasus yang “kecil” dan tidak populer, tidak jarang mandeg dan tidak pernah ada kelanjutannya. Ini tentu membuat angin segar untuk pelaku kejahatan. Kemungkinan untuk terungkapnya suatu kasus menjadi kecil.

3. Ketidakseriusan bank untuk mengamankan perangkatnya sendiri. Banyak ditemui ATM yang tidak dilengkapi kamera. Kalaupun ada kamera, kualitas kameranya tidak terlampau baik. Dan biasanya, CCTV yang ada di ATM tidak dipantau secara real time oleh bank pemilik ATM tersebut. Hal ini membuat pelaku bisa cukup leluasa memasang alat skimmer dan spycam di dalam bilik ATM dan mengeruk data kartu+pin dalam jumlah yang banyak. Jika CCTV benar-benar dimanfaatkan dan dijaga 24/7, mustahil pelaku bisa memasang alat skimmer. Jangan2 justru jadwal jaga petugas bank yang dipantau secara realtime oleh pelaku skimmer melalui spycamnya. Bank bisa saja berdalih telah berupaya semaksimal mungkin menjaga keamanan ATM nya. Tapi pepatah di dunia security berbunyi “polisi selalu membutuhkan keberuntungan untuk menang, maling hanya butuh satu keberuntungan untuk menang“. Saat ini sudah jelas, keamanan ATM milik beberapa bank sudah bobol. Mau tidak mau harus diakui ini adalah kelalaian pihak bank dalam mengamankan propertinya.

Lengkap sudah penunjangnya. Bank yang tertutup sehingga masyarakat kurang terinformasikan, proses penyelidikan yang sulit dilakukan polisi karena birokrasi yang ruwet, dan kelalaian pihak bank untuk mengamankan ATM nya. Ibarat tak ingin ada jamur, tetapi tersedia media yang lembab dan sulit dibersihkan.

Maling mana yang tidak tergiur?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar